Logika dan Ketepatan Bahasa
Satu pendapat yang banyak dianut
masyarakat adalah bahwa bahasa Inggris standar merupakan varian yang
“benar/baik/tepat” (correct) sehingga varian-varian lainnya dianggap “tidak
benar/baik/tepat”. Kadang-kadang ukuran yang digunakan untuk mendukung
pendapat ini adalah bahwa varian standar itu “logis” atau sistematis dan sesuai
dengan aturan tertentu (atau dengan kata lain punya aturan-aturan tata bahasa
yang jelas), sementara varian-varian non-standar tidak.
Para ahli linguistik menolak
pendapat seperti ini dengan mengajukan argument bahwa bahasa Inggris standar
tidaklah lebih “tepat” atau lebih sistematis daripada dialek-dialek/varian
–varian lain. Memang orang sering kali merasa perlu untuk tahu dan bisa
menggunakan bahasa Inggris standar ketika diperlukan, dan terutama dalam
menulis, namun itu tidaklah menjadikan bahasa Inggris standar lebih “baik” atau
lebih “tepat”. Sekarang mari kita menelaah argumen-argumen ini.
Penerapan logika ke dalam bahasa
Inggris tidaklah selalu sukses, namun ketidaksuksesan itu di sisi lain juga
tidak membuat orang lalu berhenti untuk mencoba menerapkan logika ke dalam
bahasa. Dalam artikel yang dimuat di Evening Standard tanggal 17
November 1988, John Rae mengkritik para ahli linguistik dan pendidikan yang
berpendapat bahwa bentuk “we was” (seharusnya “we were”) adalah bentuk dialek
tertentu sehingga masih dapat dibenarkan.
Para ahli linguistik dan pendidikan
itu sendiri tidak akan setuju dengan penggunaan “we was” dalam tulisan formal.
Termasuk juga para ahli linguistik dan pendidikan yang dikritik oleh John Rae
tadi. Pandangan yang dikritik John Rae berusaha untuk mengatakan bahwa biarpun
bentuk standar “we were” adalah tepat untuk bahasa tulis namun itu tidaklah
membuat bentuk non-standar “we was” menjadi salah total, melainkan hanya
sekedar tidak cocok dengan situasinya.
Hal
yang sama juga bisa diterapkan pada bahasa Inggris lisan. Bahasa percakapan
yang standar akan lebih sesuai bagi beberapa konteks tertentu daripada bahasa
percakapan non-standar. Kalau untuk sementara kita mengenyampingkan faktor
kecocokan denagn konteks ini. Masalahnya
apakah pendapat bahwa bahasa standar adalah lebih “logis” daripada bahasa
non-standar benar-benar bisa dibuktikan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar